Thursday, April 21, 2016

Generasi Kelahiran 1970-1990an

Kami adalah generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah yang luas. Kami berlari dan bersembunyi penuh canda tawa dan persahabatan. Main petak umpet, boy-boyan, gobag sodor, lompat tali, masak-masakan, sobyong, jamuran, putri-putri melati, dan meriam tomong tanpa peringatan dari ayah ibu. Kami bisa memanfaatkan gelang karet, isi sawo, kulit jeruk, baterai bekas, dan busi bekas menjadi permainan yang mengasyikkan. Kami yang tiap melihat pesawat terbang langsung teriak minta uang.



Kami generasi yang mengantri di wartel dari jam lima pagi, berkirim surat dengan sahabat pena dan menanti surat balasan penuh rasa rindu. Tiap sore kami menunggu cerita radio Brama Kumbara, berkirim salam lewat penyiar radio. Semasa sekolah kami belajar memakai papan tulis berwarna hitam dan kapur putih, masih pakai pensil dan rautan dengan kaca di sebelah sisinya. Generasi yang meja sekolahnya penuh coretan kejujuran memakai Tipe-X putih, mencuri pandang teman sekolah yang ditaksir dan mengirim salam lewat sahabatnya, bahkan menyelipkan surat cinta di laci mejanya. Mengenal cinta penuh kepolosan.

Kami adalah generasi yang merasakan awal mula gadget komunikasi seperti pager, komputer Pentium jangkrik 486 dan betapa canggihnya Pentium 1.66Mhz. Kami sangat bangga kalau memegang disket kapasitas 1.44Mb dan paham sedikit perintah Dos dengan mengetik copy, del, md, dir/w/p. Kami memakai MIRC untuk chatting, dan memakai Yahoo untuk searching. Kami mengenal Nintendo dan gamebot tanpa warna.

Generasi kamilah yang merekam lagu dari siaran radio ke pita kaset tape, yang menulis lirik dengan cara play-pause-rewind, dan memanfaatkan pensil untuk menggulung pita kaset yang macet. Kirim-kirim salam kepada teman lewat siaran radio, saling sindir, dan bla bla bla. Penikmat awal Walkman dan mengenal apa itu Laserdisc serta VHS. Kamilah generasi layar tancap misbar yang merupakan cikal bakal bioskop Twenty One.

Kami tumbuh di antara para legenda cinta seperti Kla Project, Dewa 19, Padi. Masih tak malu menyanyikan lagu Sheila On 7, dan selalu tanpa sadar ikut bersenandung ketika mendengar lagu: mungkin aku bukan pujangga, yang pandai merangkai kata.

Kami generasi bersepatu Warior dan rela nyeker berangkat sekolah tanpa sepatu kalau sedang hujan. Cupu tapi bukan madesu.

Kami adalah generasi yang bebas. Punya sepeda dan menyewakannya 200 rupiah/jam. Bebas dari sakit leher karena kebanyakan melihat ponsel. Bebas manjat tembok stadion. Bebas mandi di kali, di sungai dan di pantai, bebas memanggil teman sekolah dengan nama bapaknya. Bebas namun bertanggung jawab.

Sebagai anak bangsa Indonesia, kami hafal Pancasila, nyanyian Indonesia Raya, Maju Tak Gentar, teks Proklamasi, teks Sumpah Pemuda, nama-nama para Menteri Kabinet Pembangunan IV dan Dasadharma Pramuka serta nama-nama dan jumlah seluruh propinsi di Indonesia.

Kini, disaat kalian sedang sibuk-sibuknya belajar dengan kurikulum yang njelimet, kami sedang asik-asiknya mengatur waktu untuk selalu bisa kumpul dan reuni. Betapa bahagianya generasi kami.

Maaf adik-adik, di tengah tuntutan perkembangan jaman, kalian harus belajar keras untuk mendapatkan kebahagian dengan cara kalian sendiri.

Salam sayang dari kami,
Generasi kelahiran 1970-1990an.



Sumber:
Catatan Ringan
Djaman Doeloe